Sabtu, 22 Februari 2014

Makalah Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika





MAKALAH
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
“Pendekatan Open-Ended Dalam Pembelajaran Matematika”

Universitas Negeri Padang

Kelompok VI
1. Siltima Wiska  (1201235)
2. Fitri                  (1201220)
3. Nilam Sari        (12503)
4. Hutri Rozalia  (1201224)
\
Dosen pembimbing : Dra.Hj.Sri Elniati,M.A




PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
 



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menghadapi banyak permasalahan. Permasalahan-permasalahan ini tentu saja tidak semuanya merupakan permasalahan matematis, namun matematika memiliki peranan yang sangat sentral dalam menjawab permasalahan keseharian itu. Oleh karena itu cukup beralasan jika pendekatan problem solving menjadi tren dalam pembelajaran matematika belakangan ini.
Hal ini juga erat kaitannya dengan banyaknya siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika. Dari gambaran tersebut sudah sewajarnya matematika memperoleh perhatian yang lebih serius dari pendidik sehingga dapat lebih diminati siswa. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah belum membuahkan hasil yang optimal dalam meningkatkan mutu pendidikan (Sudiarta, I Wayan & Gede Ngurah Oka Diputra, 2011 : 61). Dari permasalahan yang terjadi belakangan ini sebagai calon pendidik khususnya pendedidik matematika seyogyanyalah mempelajari pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika agar permasalahan-permasalahan yang demikian bisa diminimalisir.
B.     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini masalah yang perlu dipecahkan dirumuskan sebagai berikut :
1.      Apakah pendekatan Open-Ended itu?
2.      Bagaimana orientasi pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika?
3.      Bagaimana cara mengkonstruksi problem open-ended?
4.      Bagaimana cara mengembangkan rencana pembelajaran?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian pendekatan open-ended.
2.      Mengetahui orientasi pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika.
3.      Mengetahui cara mengkonstruksi problem open-ended.
4.      Mengetahui cara mengembangkan rencana pembelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendekatan Open – Ended
Pendekatan Open-ended merupakan salah satu upaya inovasi pendidikan matematika yang pertama kali dilakukan oleh para ahli pendidikan matematika Jepang. Pendekatan ini lahir sekitar duapuluh tahun yang lalu dari hasil penelitian yang dilakukan Shigeru Shimada, Toshio Sawada, Yoshiko Yashimoto, dan Kenichi Shibuya (Nohda, 2000). Diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga problem open-ended atau problem terbuka.
Penggunaan masalah terbuka (open-ended problem) menjadi sangat relevan dalam pembelajaran matematika dengan maksud untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematik sekaligus menstimulasi siswa untuk mengembangkan ide-ide matematikanya (Mahmudi, Ali, 2008 : 8).Contoh penerapan problem open-ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan dan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir. Siswa dihadapkan dengan problem open-ended tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya ada satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak. Sifat “keterbukaan” dari problem itu dikatakan hilang apabila guru hanya mengajukan satu alternatif cara dalam menjawab permasalahan.
Pembelajaran dengan pendekatan open-ended biasanya dimulai dengan memberikan problem terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan banyak cara dan mungkin juga banyak jawaban (yang benar) sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru.
 Kebenaran ilmu tidak terbatas pada apa yang disampaikan oleh guru. Guru harus mengubah perannya, tidak lagi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan tetapi menjadi fasilitator yang membimbing siswa ke arah pembentukan pengetahuan oleh diri mereka sendiri. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif dalam belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima gagasan dari orang lain, kreatif dalam mencari solusi dari suatu permasalahan yang dihadapi dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Sudiarta & Oka Diputra, 2011 : 62)
Menurut Shimada (1997) yang dikutip dari Erman Suherman (2003 : 124) dalam pembelajaran matematika, rangkaian dari pengetahuan, keterampilan, konsep, prinsip, atau aturan diberikan kepada siswa biasanya melalui langkah demi langkah. Tentu saja rangkaian ini diajarkan tidak sebagai hal yang saling terpisah atau saling lepas, namun harus disadari sebagai rangkaian yang terintegrasi dengan kemampuan dan sikap dari setiap siswa, sehingga di dalam pikirannya akan terjadi pengorganisasian intelektual yang optimal.
Perlu digarisbawahi bahwa kegiatan matematik dan kegiatan siswa disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut.
a.       Kegiatan siswa harus terbuka
Yang dimaksud kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai kehendak mereka. Dalam hal ini guru telah mengemas pembelajaran dan sekaligus memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan materi pembelajaran lebih lanjut yang sedikit banyak telah dikenal oleh siswa karena permasalahan-permasalahannya dikonstruksi oleh siswa sendiri. Dengan cara demikian siswa akan benar-benar merasa kepentingan dan termotivasi tinggi untuk menyelesaikan permasalahan sendiri.
Disamping itu karena siswa bekerja secara indepen, bisa terjadi siswa melakukan kesalahan. Misalnya, dalam mengkonstruksi pertanyaan siswa memformulasi pernyataan-pernyataan yang tidak valid. Kalau demikian, perlu ditunjukkan kepada mereka bagaimana membuat koreksi untuk mengakomodasi pertanyaan yang sesungguhnya melalui pengecekan nilai atau penambahan kondisi tertentu.
b.      Kegiatan matematika adalah ragam berpikir.
Kegiatan matematika adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari kedalam dunia matematika atau sebaliknya. Pada dasarnya kegiatan matematika akan mengundang proses manipulasi dan manifestasi dalam dunia matematika. Suatu pendekatan open-ended dalam pembelajaran harus dibuat sedapat mungkin sebagai perujuk dan pelengkap dari problem. Dalam penggunaan problem, kegiatan matematik juga dapat dipandang sebagai operasi kongkrit benda yang dapat ditemukan melalui sifat-sifat inheren. Analogi dan inferensi terkandung dalam situasi lain misalnya dari jumlah benda yang lebih besar. Jika proses penyelesaian suatu problem mengundang prosedur dan proses diversifikasi dan generalisasi, kegiatan matematika dalam pemecahan masalah seperti ini dikatakan terbuka.
c.       Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan satu kesatuan.
Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat pemahaman siswa bagaimana memecahkan permasalahan dan perluasan serta pendalaman dalam berpikir matematika sesuai dengan kemampuan individu. Guru bisa membelajarkan siswa melalui kegiatan-kegiatan matematika tingkat tinggi yang sistematis atau melalui kegiatan-kegiatan matematika tingkat tinggi yang sistematis atau melalui kegiatan-kegiatan matematika yang mendasar untuk melayani siswa yang kemampuannya rendah. Pendekatan unilateral ini dapat dikatakan terbuka terhadap kebutuhan siswa ataupun terbuka terhadap ide-ide matematika.
Kegiatan siswa dan kegiatan matematika dikatakan terbuka secara simultan dalam pembelajaran, jika kebutuhan dan berpikir matematika siswa terperhatikan guru melalui kegiatan-kegiatan matematika yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan lainnya. Pada dasarnya, pendekatan open-ended bertujuan untuk mengangkat kegiatan kreatif siswa dan berpikir matematika secara simultan. Oleh karena itu hal yang perlu diperhatikan adalah kebebasan siswa untuk berpikir dalam membuat progress pemecahan sesuai dengan kemampuan, sikap, dan minatnya sehingga pada akhirnya akan membentuk intelegensi matematika siswa.
B.     Orientasi Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika
Pendekatan berdasarkan masalah dalam pembelajaran matematika sebenarnya bukan hal yang baru. Namun pendekatan ini mendapat perhatian luas lagi mulai tahun 80-an sampai sekarang. Secara konseptual masalah terbuka dalam pembelajaran Matematika adalah masalah atau soal-soal Matematika yang dirumuskan sedimikian rupa, sehingga memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar, dan terdapat banyak cara untuk mencapai solusi itu. Pendekatan ini memberikan kesempatan pada siwa untuk "experience in finding something new in the process" (Schoenfeld, 1997).
Banyak kegiatan berpikir yang sulit terlepas dari matematika, seperti memahami suatu konsep matematika, memecahkan permasalahan matematika, mengkonstruksi suatu teori, atau menyelesaikan permasalahan dengan menerapkan matematika. Kegiatan berpikir seperti ini dapat disebut kegiatan matematika.
gambarbaru.png 
Gambar : Model kegiatan matematika


C.    Mengkonstruksi Problem Open-Ended
Walaupun demikian, berdasarkan hasil penelitaian Sawada (1997) di Jepang yang telah dilakukan dengan waktu yang panjang, ditemukan beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam mengkonstruksi masalah tersebut, antara lain :
1.      Sajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata dimana konsep-konsep matematika yang diamati dan dikaji oleh siswa.
2.      Soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu.
3.      Sajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga siswa dapat membuat suatu konjektur.
4.      Sajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika.
5.      Berikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori sehingga siswa bisa mengelaborasi sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat yang umum.
6.      Berikan beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat menggeneralisasi dari pekerjaannya.

D.    Mengembangkan Rencana Pembelajaran
Setelah guru mengkonstruksi masalah open-ended, guru perlu mempertimbangkan tiga hal berikut, sebelum masalah itu ditampilkan di kelas sebagai awal dari pembelajaran, yaitu : (1) apakah masalah tersebut kaya dengan konsep-konsep matematika, (2) apakah level matematika dari masalah cocok untuk siswa, dan (3) apakah masalah itu dapat mengembangkan konsep matematika lebih lanjut (Sawada, 1997 : 31).
Apabila guru telah menyusun suatu masalah open-ended dengan baik, langkah selanjutnya adalah mengembangkan rencana pembelajaran. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah
a.       Tuliskan respon siswa yang diharapkan
Siswa diharapkan merespon masalah open-ended yang diberikan dengan berbagai cara, oleh karena itu guru perlu menuliskan daftar antisipasi respon siswa terhadap masalah. Antisipasi respon siswa yang dibuat guru merupakan suatu upaya mengarahkan dan membantu siswa memecahkan masalah sesuai dengan cara dan kemampuannya.

b.      Tujuan dari problem itu diberikan harus jelas
Guru harus benar-benar memahami peran masalah dalam keseluruhan rencana pembelajaran. Berdasarkan beberapa hasil penilitian masalah  efektif digunakan untuk pengenalan konsep baru atau dapat merangkum kegiatan belajar.
c.       Sajikan problem semenarik mungkin
Mengingat pemecahan masalah open- ended memerlukan waktu untuk berpikir, maka konteks    permasalahan yang disampaikan harus dikenal oleh siswa dan harus menarik perhatian serta membangkitkan semangat intelektual.
d.      Lengkapi prinsip ‘posing problem’ sehingga siswa memahami dengan mudah maksud dari problem itu
Masalah yang disajikan harus memuat informasi yang lengkap sehingga siswa dapat memahaminya dengan mudah dan dapat menemukan pemecahannya. Untuk menghindari kesulitan yang dihadapi siswa maka guru harus memberikan perhatian khusus dalam menyajikan masalah.
e.       Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengeksploitasi problem
Guru harus memperhitungkan waktu yang dibutuhkan siswa untuk memahami masalah, mendiskusikan kemungkinan pemecahannya, dan merangkum apa yang telah dipelajari. Berdiskusi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru merupakan interaksi yang sangat penting dalam pembelajaran .
Hashimoto(1997:13) mengatakan bahwa dalam pembelajaran dengan pendekatan  , guru harus berhati-hati dalam mengalokasikan dan mengatur waktu karena mungkin saja siswa menanggapi dengan banyak respon, baik yang sesuai harapan maupun yang tidak, dan semua itu harus didiskusikan dan disimpulkan. Karena itu disarankan pembelajaran ini disusun dalam dua tahap, yakni:
a.       Tahap pertama: bekerja individual dalam menyelesaikan masalah yang diberikan guru di awal pembelajaran untuk seluruh siswadi kelas. Setiap siswa diberikan kertas kosong sebagai tempat untuk mereka menuliskan ide-idenya. Kertas-kertas tersebut disimpulkan yang berguna untuk guru mempersiapkan kesimpulan dari respon individu. Kemudian dalam kelompok yang terdiri atas empat siswa, mereka mendiskusikan hasil pekerjaan individunya dan perwakilan kelompok menuliskan hasil diskusi kelompoknya.
b.       Tahap kedua: hasil dari masing-masing kelompok dipresentasikan dan didiskusikan. Kemudian pembelajaran disimpulkan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa garis besar langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut. Langkah  pembelajaran pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir. Kegiatan inti mencakup  memberikan masalah,merekam respon yang diharapkan dari siswa, pembahasan respon siswa, dan meringkas yang telah dipelajari.




























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendekatan Open-ended merupakan salah satu upaya inovasi pendidikan matematika yang pertama kali dilakukan oleh para ahli pendidikan matematika Jepang. Pendekatan ini lahir sekitar duapuluh tahun yang lalu dari hasil penelitian yang dilakukan Shigeru Shimada, Toshio Sawada, Yoshiko Yashimoto, dan Kenichi Shibuya (Nohda, 2000). Diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga problem open-ended atau problem terbuka.
Menurut Takashi (2006), dengan menggunakan masalah terbuka, pembelajaran matematika dapat dirancang sedemikian sehingga lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kompetensi mereka dalam menggunakan ekspresi matematik (Mahmudi, Ali, 2008 : 8).
Setelah guru mengkonstruksi masalah open-ended, guru perlu mempertimbangkan tiga hal berikut, sebelum masalah itu ditampilkan di kelas sebagai awal dari pembelajaran, yaitu : (1) apakah masalah tersebut kaya dengan konsep-konsep matematika, (2) apakah level matematika dari masalah cocok untuk siswa, dan (3) apakah masalah itu dapat mengembangkan konsep matematika lebih lanjut (Sawada, 1997 : 31).









DAFTAR PUSTAKA

Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia.

Mahmudi, Ali. “Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika” (online).

Sudiarta, I Wayan dan Gede Ngurah Oka Diputra. “Implementasi Pendekatan Pemecahan Masalah Open-Ended Pembelajaran Matematika terhadap Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP”(online). http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/92116068_1829-894X.pdf. Diakses tanggal  20 Februari 2014.




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar